Senin, 06 Agustus 2012


MERENCANAKAN KARAKTER DIRI
Sifat yang menonjol, sifat yang mewarnai diri, sifat yang masuk merasuk dalam tetapi terlihat dari luar, serta sifat yang menempel pada sikap adalah karakter. Itu pengertian karakter menurutku. Sebenarnya siapa pun boleh koq mengartikan kata “karakter”, dan setiap orang juga pasti mempunyai pandangan berbeda, hingga muncul makna karakter dari dirinya. Bukan perbedaan itu yang mau diangkat kemudian dijadikan ajang perdebatan. Apaliagi debat kusir yang tiada akhir.  Bukan, bukan seperti itu. Namun, lebih pada kebebasan mengartikan untuk memaknai kata karakter. Agar tidak selalu terpaku, agar tidak selalu berpatok pada pakem yg tidak lagi zamannya kebebasan itu diikat sebuah pakem.
Kembali lagi pada topik awal kita, karakter. Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, karakter merupakan tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dg yg lain.
Dari pengertian dalam kamus umum Bahasa Indonesia tersebut, kita bisa menjadikannya sebuah patokan pengertian. Yaitu dalam diri seseorang pasti terdapat tabiat maupun watak diri, sehingga menjadi ciri khas yang membedakan antara dirinya dengan orang lain. Memang sudah pasti, tapi apakah watak tersebut muncul secara tiba-tiba, dalam Bahasa Jawanya secara “ujug-ujug” tanpa ada usaha untuk membangun karakter. Inilah sebuah pertanyaan yg tidak membutuhkan jawaban. Sebab karakter yg ada pada diri, mau muncul ketika ada pembentuk serta pengukir dari sikap kebiasaan yang kemudian dibudayakan pada tindakan seseorang.
Ketika ingin mencapai kesuksesan dalam suatu hal dibutuhkan sebuah rencana yang matang. Rencana matang yang benar-benar matang, bukan matang yang sekedar setengah matang. Begitu pula dengan sikap dan kebiasaan. Keduanya butuh direncanakan tidak setengah matang bahkan seperempat matang lagi, tidak. Namun, dibutuhkan perencanaan yang super matang sebelum gosong agar sebuah karakter itu terbentuk dengan sempurna. Keberhasilan merencanakan menjadi tolok ukur kesempurnaan karakter seseorang. Ketika seseorang tak mau merencanakan seperti apa kelak sikapku, seperti apa kelak karakterku, dengan dalih semua sudah diatur dan ditakdirkan Tuhan, maka jangan mengharap kesempurnakan karakter elok yang akan didapat. Akan tetapi, karakter yang asal-asalanlah yg akan didapat.
Mengkonsep karakter sejak awal adalah penting. Mengkonsep sebuah mimpi juga penting. Dengan cara menuliskannya. Karena dari menulis sebuah impian, bakal memunculkan karakter seorang visioner. Seorang yang mempunyai visi yang jelas. Bukan orang yang hanya mimpi dalam tidurnya, tetapi mimpi yang mampu memunculkan kekuatan dalam jiwa. “The power of dream”. Jika kita merasa punya ingatan yang kuat, tak apalah impian sekedar diingat di dalam kepala. Jikalau merasa gejala lupa sering melanda, menulis itulah jalan keluarnya. Memikirkan dan menuliskan mimpi adalah salah satu rencana memunculkan sifat yang merasuk dalam tetapi terlihat dari luar, yaitu karakter. Itu!
by___ Ahmad Pambudi Utomo
Matesih, 1 Agustus 2012