BUDAYA
PEMBUATAN
COK
BAKAL DI DUSUN SALAMAN
BAB
I
PENDAHULUAN
I.
Latar
Belakang
Di
zaman yang modern ini sangat jarang ditemui orang yang membuat acara-acara
budaya jawa seperti membuat sesaji, cok bakal, kondangan, serta budaya kejawen
lainnya. Baik itu kaum tua apalagi kaum muda yang berada di kota seperti
sekarang ini. Mendengar istilah kondangan, cok bakal, dan lain sebagainya
mungkin belum pernah, apa lagi untuk melakukannya.
Jangankan
mengetahui kebudayaan yang ada, mendengar beberapa istilahnya saja sangat
jarang. Bahkan belum pernah didengar oleh orang kota atau kaum muda saat ini. Karena
hal itulah, menjadikan alasan bagi penulis mengangkat permasalahan ini agar
masyarakat menjadi paham tentang berbagai kebudayaan di Indonesia, khususnya “Cok Bakal” dengan penulis melakukan
studi kasus sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Metodologi Studi Islam yang di
ampu oleh Bp, Muh Latif Fauzi, M.Si.
Beberapa
istilah budaya jawa oleh beberapa orang dianggap merupakan istilah yang unik. Dalam
hal ini ialah budaya “Cok Bakal”
jarang didengar dan merupakan istilah unik. Selain itu, orang dulu membuat cok
bakal pasti ada maksudnya serta tersimpan tujuan dan makna filosofis di dalamnya.
Menjadi sebuah tanda tanya besar juga bagi kaum muda mengenai apa dan seperti
apa itu cok bakal. Hal tersebut akan dibahas dalam studi kasus kali ini.
II.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, timbul beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Seperti
apa kebudayaan cok bakal itu?
2. Bagaimana
kebudayaan cok bakal dalam pandangan islam?
III.
Tujuan
Tujuan
yang ingin dicapai dalam studi kasus ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui
tentang kebudayaan cok bakal.
2. Mengetahui
tentang kebudayaan cok bakal dalam pandangan islam.
IV.
Manfaat
Dalam
studi kasus yang dilakukan kali ini, dapat menambah pengetahuan serta minimal
mencerdaskan bagi mahasiswa mau pun masyarakat saat ini. Sehingga bagi yang
belum mengetahui apa itu cok bakal menjadi paham. Manfaat lain bagi para
pembaca adalah mampu memilah antara budaya apa yang boleh dilestarikan dengan
budaya yang bisa menjerumuskan kita kepada hal-hal kemusyrikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
I.
Pengertian
dan Asal Mula Cok Bakal
Studi
kasus yang dilakukan sebagai tugas Metodologi Studi Islam kali ini adalah
kebudayaan yang masih ada namun hampir hilang di Dusun Salaman, Desa Pablengan,
Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar. Di dusun ini kaya akan pertanian dan perkebunan. Hampir
seluruh warga memiliki pohon durian di kebun atau halaman rumah. Meskipun
industrialisasi mulai terasa di dusun ini, namun masih banyak warga yang
bermatapencaharian sebagai petani. Dusun ini mempunyai alam yang bersih, tanah
subur, serta air tercukupi. Warga mendapatkan air bersih dari mata air yang
berasal dari bukit yang berada di sebelah timur dusun ini. Pengairan untuk
sawah juga berasal dari mata air dan sungai yang ada.
Beberapa
warga Dusun Salaman masih ada yang mempertahankan tradisi yang ada, dalam hal
ini adalah tradisi membuat cok bakal. Cok bakal adalah suatu sesaji yang dibuat
guna mendapatkan keselamatan dan keberkahan dari Tuhan serta terhindar dari
malapetaka. Kepercayaan yang ada adalah manakala seseorang itu tidak memberikan
sesaji kepada danyang atau yang diyakini sebagai makhluk yang menunggui di
suatu wilayah, maka akan terjadi musibah. Agar terhindar dari musibah maka
seseorang perlu membuat sesaji yang disebut cok bakal tersebut. Wujud dari cok
bakal yaitu daun pisang yang dibentuk menjadi sebuah wadah yang kemudian diisi
berbagai macam bumbu dapur seperti tembakau, suruh, kelapa, injet, cabai,
bawang putih, bawang merah, beras, daun dadap serep, gula, telur, jenang merah,
jenang putih, bunga, miri, uang dan lain sebagainya. Tidak semua cok bakal
berisi lengkap seluruhnya seperti yang disebutkan di atas. Hanya berisi
beberapa saja sudah bisa disebut cok bakal. Tergantung kebutuhan pembuatnya.
Dalam
studi kasus ini, penulis melakukan wawancara kepada beberapa narasumber. Salah
satunya ialah hasil wawancara dengan Ibu Pawiro yang berusia sekitar 90 tahun bahwa
terdapat makna atau arti filosofis dari istilah yang disebut cok bakal ini. Cok
bakal berasal dari istilah cikal bakal. Jadi cikal bakal dari segala
keberhasilan yang terjadi disebabkan pembuatan cok bakal. Sehingga dari
pembuatan cok bakal dapat memberi keselamatan, keberkahan, dan terhindar dari
berbagai macam kesulitan.
Penulis
juga melakukan wawancara kepada Bp. Yoso Taruno untuk mendapatkan informasi
yang lebih banyak lagi. Beliau berusia sekitar 95 tahun. Beliau menyebutkan cok
bakal dibuat untuk sesaji kepada danyang dalam berbagai acara agar nantinya
bisa lancar dan selamat. Cok bakal dibuat dalam berbagai acara seperti, ketika
akan mendirikan rumah. Untuk mendirikan rumah dibutuhkan 10 cok bakal karena
keempat sudut rumah harus diberi cok bakal dan ditambah lagi tengah rumah.
Setiap cok bakal ada pasangannya, yang satu menggunakan jenang merah dan yang
satu menggunakan jenang putih. Sehingga jumlah total yang dibutuhkan adalah 10
cok bakal. Yang kedua, cok bakal juga dibuat ketika akan ada hajatan. Jumlah
cok bakal yang dibutuhkan sama dengan ketika akan membuat rumah yaitu 10 buah
cok bakal. “Majepat limo pancer”,
itulah istilah untuk cok bakal yang di tempatkan pada lima tempat itu. Ketiga,
cok bakal dibuat ketika akan memulai menggarap sawah dan memanen padi. Cok bakal
ditempatkan di keempat sudut sawah tersebut. Keempat, cok bakal juga dibuat
untuk tebusan manakala ada orang sakit. Untuk menebus orang sakit tidak sama
dengan ketika membuat rumah, hanya dibuat sepasang cok bakal saja, yaitu yang
menggunakan jenang merah satu dan yang menggunakan jenang putih satu. Di buat
cok bakal tersebut supaya orang yang sakit bisa segera sembuh.
Penulis
juga mencoba mencari tahu tentang asal mula tradisi membuat cok bakal kepada
bapak yang sama yaitu Bp. Yoso Taruno. Namun belum bisa diketahui asal mulanya
karena beliau mengakui mungkin karena kebodohan seseorang atau sebab yang lain.
Orang-orang yang membuat cok bakal dan melakukan tradisi yang dijalankan,
diakui oleh Bp. Yoso Taruno juga hanya meniru dari apa yang dilakukan oleh nenek
moyang-nenek moyangnya. Kemudian dipercayai dan dijalani begitu saja.
II.
Perkembangan
Cok Bakal
.
Di zaman yang modern ini berbagai adat budaya maupun kepercayaan yang berasal dari nenek moyang
sedikit demi sedikit mulai pudar. Masyarakat sekarang khususnya kaum muda dan
berpendidikan mulai memilah dan meninggalkan adat yang bertentangan dengan
ideologinya meskipun adat tersebut telah berlangsung turun-temurun dari nenek
moyangnya. Terlihat bahwa di beberapa desa sekali pun, yang dahulu sangat
kental dengan adatnya, tinggal orang tua-orang tua saja yang masih konsisten
mempertahankan adat kebiasaannya. Kaum muda sangat jarang terlihat mengikuti
atau melakukan budaya-budaya jawa seperti membuat sesaji, cok bakal, kondangan,
nyadran serta budaya kejawen lainnya. Terlihat lagi bahwa cok bakal saat ini
tidak begitu dipahami oleh beberapa kalangan masyarakat.
III.
Cok
Bakal dalam Perspektif Islam
Setelah
kita mengetahui apa itu cok bakal, bagaimana wujud, maupun makna filosofis
istilah cok bakal, maka kita akan melihat perspektif islam dalam memandang
budaya cok bakal ini. Diakui bahwa kebanyakan orang-orang membuat cok bakal
untuk keselamatan dan sarana mendekatkan diri pada Tuhan hanya mengikuti dari
nenek moyang yang belum diketahui dasar yang jelas. Hal tersebut bertentangan
dengan ajaran islam yang mengajarkan setiap peribadatan asalnya adalah dilarang
kecuali ada perintahnya. Dan perintah itu berasal dari sumber yang tidak dapat
diragukan, yaitu Al Qur’an dan Hadits.
Pandangan
dari tokoh masyarakat di Dusun Salaman juga mengatakan bahwa cok bakal bukan
berasal dari ajaran Islam. Akan tetapi cok bakal berasal dari kebudayaan Agama
Hindu. Karena di dalam Agama Islam tidak ditemukan tuntunan mengenai cok bakal.
BAB
III
KESIMPULAN
Dari
studi kasus yang telah dibahas diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Cok
bakal adalah suatu sesaji yang dibuat guna mendapatkan keselamatan dan
keberkahan dari Tuhan serta terhindar dari malapetaka. Sesaji itu berwujud
wadah yang terbuat dari daun pisang kemudian di isi dengan berbagai macam bumbu
dapur.
2. Kebanyakan
orang-orang membuat cok bakal untuk keselamatan dan sarana mendekatkan diri
pada Tuhan, akan tetapi hanya mengikuti dari nenek moyang dan belum diketahui
dasar yang jelas. Jika dihubungkan dengan ajaran islam yang mengajarkan setiap
peribadatan asalnya adalah dilarang kecuali ada perintahnya, maka cok bakal
belum diketahui dasar jelas dari agama sehingga kita tidak perlu
menjalankannya.